Senin, 19 Agustus 2013

Slamet Expedition

Ini bukan pengalaman pertamaku mendaki gunung. Sejak tahun kedua perkuliahanku, aku suka sekali membaur dengan alam dan salah satunya adalah dengan mendaki gunung. Berawal dari mendaftarkan diri sebagai anggota pecinta alam di kampus membuatku jatuh cinta pada semua keindahan yang alam suguhkan. Mendaki bukanlah pekerjaan mudah dan ringan, tapi dari pengalaman mendaki gunung kau akan tahu siapa sebenarnya dirimu. Bukan masalah kau hebat atau tidak, tapi bagaimana kau 'beramah tamah' dengan alam, menjadi mitra alam yg baik, dan menurunkan ego didepan kawan-kawanmu. Setiap puncak akan memberikan pengalaman yang berbeda-beda tapi sama hebatnya. Dan gunung Slamet ini adalah puncak ke 6 sejak aku pertama mendaki setahun yang lalu.

Slamet merupakan gunung tertinggi di jawa tengah dan tertinggi kedua di pulau jawa setelah gunung Semeru dengan tingginya 3428 mdpl (meter diatas permukaan laut).

Perjalanan ini aku lakukan bersama empat orang kawan dari semarang, yaitu sabrina, erwin, fuguh, dan bani serta seorang kawan dari purwokerto bernama ibnu. Kami berangkat hari jumat (21/06/13) sore menuju purwokerto. 5 jam perjalanan terasa tidak terlalu lama, jam 10 malam kami sampai di terminal purwokerto dan disambut hujan deras. Lapar, itu yang aku (dan teman-temanku) rasakan saat pertama kali sampai di terminal. Beruntung, 2 jam (2 jam itu lama sekali jika cacing-cacing di dalam perutmu terus terusan bernyanyi minta makan) kemudian ibnu datang membawa 12 bungkus nasi goreng dan sebuah mobil pickup mini untuk membawa kami menuju basecamp pendakian. Tunggu ! aku bilang ibnu bawa 12 bungkus nasgor sedangkan kami hanya ber 6. Tentu saja kami tidak serakus itu, 6 bungkus nasgor sisanya adalah milik kawan baru kami dari bandung. ya, kami bertemu mereka (yang juga sama-sama ingin mendaki) di terminal tepat saat kami turun dari bus. jadilah kami membentuk sebuah kelompok pendaki berisi 12 orang dengan 2 orang perempuan dan sisanya para lelaki.

12.30 malam itu juga kami berangkat menuju basecamp di desa blambangan (desa terakhir sebelum mendaki). 1,5 jam kemudian kami sampai. Udara desa saat itu dingin sekali, mungkin hampir 15 derajat di ketinggian diatas 2000 mdpl. Tak perlu peralatan tidur yang nyaman, kami bisa langsung 'bobo-bobo cantik' alias tertidur pulas diatas karpet di dalam basecamp.

Dan jam 08.00 pagi keesokan harinya, perjalanan mendaki dimulai !

bersiap mendaki...

Mendaki selama 8,5 jam sampailah kami di pos 5 pendakian gunung Slamet.

beristirahat selama perjalanan menuju pos 5...

Syukurlah semuanya sampai, karena separuh perjalanan ini saja sudah sangat berat (percaya padaku !). Gunung ini sama sekali tidak memberikan jalan landai. Tak usah ditanya lagi, pastinya aku sampai paling terakhir. Dan disinilah kami akan bermalam menghabiskan malam minggu, di ketinggian hampir 3000 mdpl.

Malam itu langit cerah sekali, bahkan bulan purnama bersinar sangat cerah menerangi kami yang berada ratusan juta kilometer di bawahnya. Setengah malam itu kami habiskan untuk makan, bercengkrama sebentar, kemudian tidur. Setengah malamnya lagi, kami melanjutkan pendakian hingga ke puncak.

Pukul 02.00 dini hari kami semua (kecuali erwin karena sakit) dan bersama para pendaki lainnya bergegas untuk mendaki ke puncak. Orang bilang melihat matahari terbit dari puncak gunung sangat keren, dan itu benar adanya. Tak ada ampun untuk perjalanan ke puncak, berupa jalan setapak yang menanjak. gelap dan dingiin ! Ingin menyerah saja aku rasanya, ingin pulang saja ke kos dan ingin tidur saja dibawah selimut sapi tebal kesayanganku. Ala-ala film 5cm, akupun terus berjuang mendaki. 3,5 jam perjalanan, aku baru sampai di pos 9 batas vegetasi. Kau tau kawan, kami disambut jalan batu kerikil dimana batu-batu itu merosot kebawah saat diinjak.

perjalanan batu sampai puncak...

Pukul 6 pagi, langit mulai membiru dan matahari nampak masih malu-malu di sebelah timur. Aku tahu dia sudah akan terbit, dan aku tak bisa menahannya.

langit pukul 6 pagi gunung Slamet~

Semua kawanku dan para pendaki lain sudah jauh diatas, sedangkan aku? masih jauh dari kata 'puncak'. Tapi aku tidak sendiri, ada partner terhebat selama perjalanan. ya, fuguh kawanku kecil yang hebat dan kuat. Bisa saja fuguh sampai paling pertama, tapi itulah yang aku bilang di awal tulisan ini "bukan masalah hebat atau tidak tapi bagaimana menurunkan ego dihadapan kawanmu".

Tepat 07.00 pagi, pada akhirnya aku (dan fuguh) sampai di puncak 3428 mdpl.

paling terakhir sampai puncak...

Kami jauh tapi sangat dekat dengan langit, what amazing sunday morning !
Rasa lelah tiba-tiba berkurang terutup kemegahan langit jawa tengah pagi itu. Langit biru dan Samudra awan putih membentang luas di hadapan kami. Pagi itu udara dingin sekali, tapi kami tetap hangat bermandikan sinar matahari. Sungguh alam menyuguhkan pemandangan yang luar biasa indah kepada kami, kawan. Tak ada sedikitpun kata-kata dusta disini. Apakah kau masih tega menyakiti alam?

                                   
Cukup lama kami berada di puncak, hari sudah semakin siang kami bergegas turun. Perjalanan turun tentunya tak semudah mendaki. Sore harinya sebelum senja, kami semua sudah sampai di basecamp dengan selamat. Beruntung selama perjalanan naik dan turun langit sangat bersahabat, sama sekali tidak hujan. Setelah magrib kami kembali lagi ke terminal untuk pulang ke tujuan masing-masing. 6 orang kawan yang kami temui di terminal, pulang ke bandung dan kami ber 5 pulang ke semarang.

Well perjalanan seru yang tak terlupakan.
Terimakasih fuguh, sabrina, erwin, bani, ibnu, serta bang jon dkk.
Terimakasih Tuhan dan terimakasih Indonesia atas pemandangan alam yang luar biasa indahnya :)

            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ads Inside Post