Senin, 26 Januari 2015

Rasa dibalik Toga Wisuda


Perasaanku hari ini tak seperti teman-temanku yang lain, yang ku tahu mereka berbahagia. Sedangkan perasaanku? Tak karuan. Kami semua mengawali hari ini dengan kegiatan yang sama, gladi bersih wisuda. Ya, esok dan lusa ada 1.800-an mahasiswa yang akan dikukuhkan secara resmi menyandang gelar Diploma, Sarjana, Master, dan Doktor. Aku termasuk salah satu diantara ratusan sarjana bertoga itu. Dibalik rasa syukurku yang (tentu saja) sangat besar karena telah berhasil menyelesaikan kuliah dengan (lumayan) baik, ku mengalami ketakutan besar. Pertanyaan yang tak hentinya terngiang dalam pikiranku adalah ‘akan apa kamu setelah ini?’, pertanyaan itu ku jawab sendiri dengan jawaban ‘bekerja, aku belum ingin melanjutkan sekolah lagi’, lalu muncul lagi pertanyaan lanjutannya ‘akan bekerja dimana?’, sampai pada pertanyaan ini otakku mendadak berhenti berpikir. Hanya jawaban ‘tidak tahu’ yang reflek muncul. Pikiranku seakan berkata dengan nada mengejek ‘hey, bagaimana kau tak tahu akan bekerja dimana. Kau seorang sarjana sekarang !’, semakin tak ingin wisuda saja aku rasanya. Ah, seandainya saja upacara itu bisa ditunda hingga aku sudah secara resmi terdaftar menjadi karyawan disuatu perusahaan besar.

Bukan tanpa bekal aku dilepas oleh universitas negeri kebanggaan warga Semarang ini, bahkan aku dibekali banyak hal untuk menghadapi dunia keras di luar sana. Hanya mungkin aku yang belum memanfaatkan dengan baik bekal yang diberikan. Aku pernah punya mimpi kecil, dimana aku sudah diterima bekerja sebelum hari H wisuda. Sampai H-1 menjelang proses upacara itu, aku belum juga mendapatkan pekerjaan. Habis sudah deadline-ku untuk tidak menyandang gelar mengerikan pasca wisuda. Semoga sebelum bulan berganti, aku sudah mendapatkan pekerjaan yang baik dan sesuai dengan idealisme sederhanaku.

Ayah bilang ini bagian dari proses hidup, yang terpenting adalah tetap berusaha mencoba. Karena mencoba adalah membuka peluang atas segala ketidakmungkinan.

Belajar banyak hal, bertemu kawan-kawan hebat, bertemu kawan-kawan terbaik, mengunjungi banyak tempat, mencicipi hal baru, sungguh kisah 4,5 tahun yang amat sangat pantas disyukuri. Ku percaya, tak ada satupun proses belajar yang berakhir sia-sia.

Teruslah berikhtiar, karena Tuhan tidak pernah tidur.

Terima kasih untuk semangat yang selalu diberikan ya Mima, Okky, Sabrina, Dinar.
Terima kasih Kawan terhebat yang tak ada duanya, Mei, Sapta, Reni, Aghnia.
Terima kasih Partner riset terbaik yang pernah ada, Indah, Isti, Ina, Fitria, Selfina, Isma.
Terima kasih juga untuk Sesil, Lufthy, Erwin, Edwin, Anjar, Enk sudah bantu aku urus ini itu.



-Ditulis saat H-1 wisuda, dan menggalau karena belum punya pekerjaan-

Minggu, 04 Januari 2015

Akhirnyaa, sarjana !

Sudah lama aku tidak bercerita lewat tulisan lagi disini. Mungkin aku sibuk. Entahlah, yang jelas aku mau bercerita lagi hari ini. Banyak sekali cerita menarik yang sudah lama terlewatkan. Ini sudah bulan apa? Januari 2015 ya? Bahkan sudah berganti tahun. Tak terasa, secepat ini waktu berjalan. Aku akan bercerita sedikit tentang bulan September 2014 yang menyenangkan.

Kisahku bersama Indonesia Mengajar

Rasanya sudah lama sekali tidak menulis disini. Kalau diibaratkan kamar kos, blog ini sudah seperti kamar kosan yang ditinggal penghuninya 3 bulan. Kebayang kan kotornya? Bentuknya sudah bukan lagi kamar tapi lebih mirip gudang. Banyak sarang laba-laba disudut-sudut dindingnya, lantainya berdebu, meja dan rak buku pun sama berdebunya. Tebal sekali, seperti rumah-rumah dipinggir jalan yang setiap hari terkena asap hitam kendaraan. Kotor dengan debu tebal dan sarang laba-laba, terus jadi agak mistis. Eh bohong, deng ! Hehe...

Kebetulan pemilik kamar kosan yang ditinggal 3 bulan lamanya itu, aku. Iya, kamar sempit yang jadi lebih mirip gudang itu kamar kosku. Bukan tanpa alasan aku meninggalkannya begitu lama tanpa sempat menengok barang sehari atau dua hari saja. Alasanku kuat, aku diterima menjadi magangers di kantor Gerakan Indonesia Mengajar. Aku juga pernah menulis tentang gerakan inspiratif ini pada postingan terdahulu.

Ads Inside Post